Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap
orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi
rajiuun’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk” (QS. Al Baqarah 153 – 154)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa setelah Allah Swt
menjelaskan tentang bersyukur, Alah Swt mensyariatkan tentang sabar dan
petunjuk serta minta pertolongan dengan sabar dan shalat. Sebab seorang
hamba hanya mengalami dua kemungkinan, mendapat nikmat yang membuatnya
bersyukur atau mendapatkan perkara yang sebaliknya (nikmat) yang
membuatnya bersabar.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh menakjubkan
seorang mukmin itu, jika mendapatkan perkara yang menyenangkan, dia
bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Jika dia ditimpa perkara yang
tidak menyenangkan, dia bersabar dan bersabar itu baik baginya”
Musibah adalah Ujian
Kemudian Allah menyebut jenis-jenis ujian yang akan menimpa manusia
sebagai ujian dalam menjalankan Islam dan mengemban dakwah serta
menjelaskan janjiNya kepada orang-orang yang sabar dan tetap teguh dalam
memperjuangkan kebenaran dan mengembalikan segala musibah dengan
mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun’
Jenis-jenis ujian yang disebutkan oleh Allah serta dijanjikan kebaikan
bagi orang yang lulus ujian adalah sebagai berikut. Pertama, terbunuh
dalam jihad fisabilillah. Yaitu terbunuhnya seseorang yang sedang
memerangi musuh-musuh Allah dalam rangka menegakkan kalimatNya. Dengan
catatan orang itu mati dalam keadaan maju menyerang, bukan lari ke
belakang, dan tetap tegar di medan peperangan.
Orang yang meninggal seperti itu akan hidup disisi Allah sekalipun tidak
dirasakan oleh manusia yang hidup, karena kehidupan baru itu sifatnya
ghaib bagi manusia. Namun kehidupan baru itu merupakan kehidupan yang
baik dan suci. Dalam sebuah hadits dikatakan “Siapa yang berperang menegakkan kalimat Allah maju ke depan dan tidak lari ke belakang, maka itulah jihad fisabilillah”
Kedua, ujian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
teman, jiwa dan buah-buahan. Yaitu ujian dengan bermacam-macam jenisnya.
Apapun jenis ujian itu yang menimpa seorang muslim maka ia adalah
ujian. Ketakutan, tidak aman, kemiskinan dan kelaparan, berkurangnya
harta karena rugi, berkurangnya jiwa atau personil lantaran sakit atau
wafat, berkurangnya buah-buahan lantaran paceklik. Allah menyebut dengan
lafazh ‘bi syai’in’ artinya apapun keadaannya musibah itu, kecil atau
besar, ringan atau berat, maka itu tetap merupakan ujian dan bersabar
atasnya pahala besar. Diriwayatkan bahwa tatkala mati lampu Nabi Saw
mengucapkan ‘Inna lillaahi’ lalu beliau bersabda: “Segala sesuatu yang menyakiti seorang mukmin maka itu merupakan musibah dan ia berhak atas pahala”
Menurut Imam Al Qurtubi, ujian atau bala’ itu ada yang baik maupun yang
buruk. Ayat ini berarti bahwa Allah Swt menguji kaum muslimin agar Dia
mengetahui siapa mujahid dan yang sabar. Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya menyebutkan bahwa ujian Allah itu terkadang sesuatu yang
menyenangkan dan terkadang sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti rasa
takut dan lapar.
Kiat Menghadapi Ujian
Allah Swt meminta kita untuk minta tolong dengan sabar dan shalat dalam
rangka menjalankan Islam dan mengemban dakwah kepadanya, dan teguh
mempertahankan kebenaran dalam perjuangan. Diriwayatkan dalam hadits
shahih bahwasanya Rasulullah Saw apabila dia memperhatikan perkara yang
penting, beliau Saw minta tolong dengan shalat.
Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “Ada tiga hal yang kusukai dari
dunia kalian, yaitu rizki yang baik, wanita dan aku jadikan sedapkan
mataku (‘qurrata ‘aini) dalam shalat”
Shalat memberikan energi yang kuat kepada seorang mukmin dalam
menghadapi kedzaliman dan orang-orang yang zalim. Juga memberikan tekad
yang bulat dalam mempertahankan kebenaran, memberikan ketegaran,
keyakinan yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan.
Sabar yang disebut sebelum shalat dalam ayat di atas, adalah untuk
menonjolkan urgensi dari sabar. Shalat merupakan hubungan seorang hamba
dengan Rabb-nya, sedangkan sabar merupakan hubungan antara seseorang
hamba dengan Rabb-nya, dirinya dan sesama manusia. Dan sabar merupakan
ukuran dari ketegaran tatkala menghadapi kesulitan dan berbagai musibah.
Allah menjelaskan bahwasanya seorang muslim tatkala bersabar atas ujian
dan mengembalikan perkara itu kepada Allah dan mengucapkan ‘Inna
lillaahi wa inna ilaihi rojiuun’ (ayat 156) maka akan mendapatkan pahala
yang besar. Bukan hanya itu, bahkan di duniapun mereka mendapatkan
kebaikan yang banyak!
Menurut Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah Saw bersabda:
‘Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna
lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah
pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang
lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah Swt akan memberikan pahala
kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih
baik”
Ummu Salamah berkata: Tatkala Abu Salamah wafat akan mengucapkan apa
yang diperintahkan Rasulullah kepadaku dan Allah menggantikan untukku
yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah Saw.
Presepsi yang Salah
Sebagian masyarakat menyangka bahwa seseorang yang mementingkan
keselamatan dirinya sendiri lalu dia uzlah meninggalkan masyarakat,
serta membiarkan kemungkaran dan sepak terjang orang-orang yang mungkar,
dan melihat keharaman dan kemaksiatan merajalela, batas-batas hukum
Allah terlanggar dan jihad ditinggalkan lalu dia tidak membendungnya
tetapi malah menjauhinya serta meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi
mungkar, sebagian masyarakat menganggapnya bahwa hal itu adalah sabar.
Sesungguhnya yang demikian itu bukanlah sabar yang Allah janjikan pahala
bagi pelakunya dengan jannatun na’im. Bahkan hal ini merupakan
kelemahan yang Rasulullah sendiri berlindung darinya. Beliau berdo’a “Aku
berlindung kepada Allah dari kelemahan, kemalasan, kepengecutan,
kebakhilan, kebingunan, kesedihan, lilitan hutang dan penindasan orang” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sesunguhnya sabar adalah anda berkata atau melakukan tindakan yang benar
lalu anda memikul beban derita di jalan Allah akibat berkata dan
bertindak benar itu, tanpa anda menyimpang, melemah, dan melunak alias
menyerah. Sesungguhnya sabar adalah sesuatu yang diletakkan oleh Allah
berurutan dengan taqwa.
Sesungguhnya sabar adalah sifat yang dilekatkan oleh Allah kepada para mujahidin. Dia berfirman : “Dan
berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikut (nya) yan bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak
(pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imron 146).
Sesungguhnya sabar atas ujian atau qadha, membuat orang menjadi tegar,
bukan menjadi goyah, serta membuat orang berpegang teguh kepada Al
Qur’an, bukan malah menjauhinya. Dan sabar itulah yang menambah
seseorang menjadi dekat kepada Allah, bukan malah menjauh. Allah
berfirman: “Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim’” (QS. Al Anbiya’ 87).
Jadi sabar adalah bahwasanya anda beramar ma’ruf nahi mungkar, dan anda
tidak lemah dalam menghadapi bahaya dalam perjuangan di jalan Allah.
Jadi sabar adalah anda menjadi seorang prajurit dalam pasukan kaum
muslimin yang sedang memerangi musuh-musuh Allah Swt.
Jadi sabar adalah anda benar-benar menjawab seruan Allah, dalam firmanNya:
“Kamu sunguh-sunguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga)
kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (QS. Ali Imron 186).
0 komentar:
Posting Komentar