Kisah Para Hafizh Part 01
Aku dilahirkan disebuah kampung pelosok dari keluarga miskin
dikampung itu. Wajar saja, kalau aku disekolahkan di MI panti Asuhan.
Setelah lulus Aku melanjutkan sekolah di SMP yang terpuruk kualitasnya.
Ya, mau bagaimana lagi dari pada pada tidak sekolah. Alhamdulillah, pada
jenjang SMA aku disekolahkan seorang donator di SMAIT Al-Ahzar sebuah
sekolah favorit dan bermutu. Kebahagiaanku disekolah itu memompa
semangatku sehingga hari-hari kujalani dengan giat dan semangat belajar.
Ya, memang sudah nasib, Aku telah memaksa diri untuk belajar siang dan
malam, mengurangi tidur tetapi tetap saja nilaiku jeblok. Takdir Allah,
hanya berjalan 1 tahun, orang yang membiayai sekolahku menyatakan tidak
bias membantu lagi. Akupun harus keluar dari sekolah favorit itu.
Kemudian aku direkomendasikan oleh seorang ustadz agar masuk
pesantren panti asuhan setingkat SMA dikediri. Sempat terbetik
dibenakku, panti asuhan lagi?, tetapi tidak masalah daripada dirumah
malah disuruh bapak untuk kerja.
Subhanallah! Sesampai disana aku kaget! Ternyata pesantrennya
sangat-sangat kecil. Disana aku harus makan nasi putih dengan lauk
kerupuk dan kuah air putih yang digarami. Bahkan, adakalanya aku harus
makan nasi saja tanpa lauk apapun.
Tetapi, disanalah aku memulai impianku untuk hafal Hafal Al-Quran dan
disanalah kepribadianku berubah total. Aku berubah perkasa setelah
berjiwa manja dan suka mengeluh. Kini aku siap menghadapi segala
kesulitan apapun dalam hidup.
Singkat cerita, untuk mewujudkan impian hari demi hari aku lalui
dengan menghafal step by step. Namun, aku mendapatkan kesulitan yang
luar biasa ketika menghafal. Ya, aku memang menghafal dari nol dan disan
bukan pondok tahfidz. Selain itu, pelajaran lainnya dimulai pukul 08.00
hingga ashar. Dengan demikian waktu untuk menghafal sangat sedikit.
Jadi, wajar bila 7 angkatan sebelumku hanya satu orang yang bisa hafal
Al-Quran, dan itupun karena sudah ada hafalan sebelumnya.
Karena impian menjadi Hafidz Al-Qur’an telah mendarah daging, akupun
memperjuangkannya dengan gigih. Setiap jam 2 malam Aku menghafal hingga
subuh. Selepas subuh Aku lanjutkan menghafal dan aku tidak akan keluar
dari masjid hingga jam 7. Waktu istirahatpun aku pergunakan untuk
menghafal. Tidak ada waktu kosong kecuali aku gunakan untuk menghafal.
Tidak ada waktu istirahatpun aku pergunakan untuk menghafal. Bahkan
ketika aku sakit dan mataku keluar nanah, kebiasaanku tidak aku liburkan
sedikitpun. Semua ini aku lakukan demi hafal Al-Qur’an dan karena Aku
yakin apa yang aku lakukan tidak Allah Sia-siakan. Alhamdulillah,
impianku terwujud dalam rentang waktu 1½ tahun dan ketika lulus Aku
mendapat predikat jawara kelas.
0 komentar:
Posting Komentar